Friday, October 5, 2012

Istana Kota Raja ( Sungai Carang)



.
Banyak sekali tempat bersejarah di Bintan yang belum kita ketahui tentang sejarah di daerah kepulawan Riau atupun tempat yang belum terekspos. Saat kami mengunjungi wisata mangrove, ternyata ada hal yang lebih menarik di sana. Di tempat ini merupakan salah satu perjalanan sejarah Kerajaan Kepulawan Riau. Pemerintah setempat sengaja memadukan antara wisata mangrove dengan wisata tempat bersejarah, Agar para pengunjung dapat menikmati wisata kedua duanya.



 Bagi Anda ingin mengunjungi tempat bersejarah ini dapat dengan menggunakan kendaraan darat. Lokasi ini terletak di jalan mau ke Sengarang (sebelum senggarang), tepatnya jalan masuk ke Kantor Kejaksaan Agung Tanjungpinang. Jalan menuju ke sana sebagian masih tanah belum beraspal, dan nantinya merupakan jalan akses utama apabila Jembatan yang ada pada gambar telah siap di kerjakan. Bagi anda yang kurang mengerti daerah tersebut, kami siap membantu anda dalam memberi bantuan dan informasi. Dan bagi anda yang ingin memberikan masukan kami persilakan.






ALKISAH

Dari Johor, Kerajaan Melayu kemudian berpusat di Hulu Sungai Carang, kemudian di sebut pula dengan nama Sungai Riau. Di pusat Kerajaan Riau-Johor-Pahang itulah, Bermula Kecemerlangan dalam pemerintah, dunia ilmu pengetahuan dan keagamaan. Tak kala Raja Ibrahim yang bergelar Sultan Ibrahim Syah I menjadi Sultan Johor, maka ditugaskan Tun Abdul Jamil membuka dan membangun Hulu Sungai Carang dalam tahun 1672 M. Daerah baru itu kemudian berubah nama menjadi Hulu Riau Dan Kerajaan Johor pun disebut juga Riau Johor. Selanjutnya dikenal dengan  sebutan Riau-Johor-Pahang-Lingga. Dalam perjalanan Kerajaan, akibat kekuasaan maka perebutan tahta selalu terjadi. Sampai pada kisah, Raja Kecil merebut tahta dan kemudian Tengku Sulaiman meminta bantuan dengan lima Bangsawan asal Luwu, Sulawesi. Dan pada tanggal 4 Oktober  1722 Tengku Sulaiman dilantik menjadi Sultan Riau Bergelar Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Puing-puing bangunan pusat Kerajaan kesultanan Johor-Pahang-Riau-Lingga di sungai Carang, Hulu Riau masih ada dan termasuk peninggalan sejarah. Bangunan seperti  tembok , makam dan batu, nisan masih terdapat di sana. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan menggunakan kapal dan 20 menit dengan menggunakan mobil kota Tanjungpinang. Disini terdapat Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau I Daeng Marewah, Yang  Dipertuan Muda Riau II Daeng Celak dan Yang Tanjungpinang. Disini terdapat Makam Yang Dipertuan Muda (Raja) Riau I Daeng Marewah, Yangg Dipertuan Muda Riau II Daeng Celak dan Yang Dipertuan Muda Riau III Daeng Kemboja  

Miniatur Kapal Tradisional

Dahulu kendaran laut (kapal tradisional ) masih terbuat dari kayu, hal ini menjadi inspirasi  seseorang dalam  berkarya. Miniatur kapal ini dibuat menyerupai bentuk aslinya. Keindahan miniatur kapal ini terletak pada bahan yang dipakai, serta detailnya dalam pembuatannya. Bahan yang dipakai yakni menggunakan pelepa kelapa. Karya ini merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap kecintaan suatu budaya lokal, yang tercermin dalam miniatur ini. Disini kami berharap dengan apresiasi ini memberikan kontribusi positif terhadapa lahirnya semangat dalam berkarya bagi pemuda-pemuda Bintan.
Disini kami kami memberikan fasilitas bagi yang tertarik untuk mempelajari cara pembuatan miniatur kapal ini, yang berminat minitur kapal ini dan yang ingin bekerjasama.


 Miniatur Kapal ini sedikit dikreasikan dengan mengguakan bahan dari tulang ikan dan tulang sotong. Pembuataannya sangat sederhana mulai dari membersihkan, mengeringkan,mecari pola, sampai pada tahap penyambungan (pengeleman). Miniatur kapal ini dapat dijadikan hiasan rumah dengan mempunyai daya tarik tersendiri.

Thursday, March 29, 2012

Bonsai Pirang


Bonsai berbahan dasar kardus berdaunkan jerami yang menjadi sebuah bonsai yang enak untuk di lihat. Berbeda dengan bonsai- bonsai lainnya, bonsai yang kelihatan nyentrik, terinspirasi pada bonsai cemara.
Bonsai ini merupakan hasil karya mas Bayu, yang berceritakan tentang kehidupan yang yang berbeda dari biasanya tetapi tetap mempunyai keindahan dalam kehidupannya.

Saturday, March 24, 2012

Kolam Miniatur


Kolam yang berbahankan dasar semen dan kaca menginpirasikan suatu kolam-kolam pada zaman mesir kuno, polesan warna keemasan membuat kolam ini terlihat lebih elegan, kolam keci yang dapat dipindah-pindahkan dan dapat juga di lepas-lepas dengan ukuran 80x50 cm membuat kolam ini layak di tempatkan di dalam ruangan.

Kolam kecil ini tidak mengurangi fungsi sebagaimana kolam-kolam lainnya, dimana dengan ukuran yang kecil tetap dapat digunaka untuk memelihara ikan-ikan kecil di dalamnya. Perpaduan antara batu-batuan dengan air yang mengalir berserta air pancur membuat kolam mini ini menjadi hidup, pencahayan lampu dari dasar air dengan warna putih, merah, biru menjadikan kolam ini seakan memberikan semangat baru,

Dimulai dari perencanaa, pembuatan sampai tahap finising pembuatan kolam mini ini membutuhkan waktu 5 hari dalam tahap penyelesaian. Dengan pengerjaan selama 5 hari dengan menggunakan bahan yang sesuai maka kolam mini ini di patok dengan harga jual Rp 1000.000 (satu juta rupia). Harga yang begitu pantas untuk sebuah kolam mini.

Bagi anda yang tertarik dengan kolam mini ini dapat langsung mengontak kami di sini,atau dapat langsung menghubungi kami dengan
alamat:
Jl. Sribaintan
Sei datuk Rt.02 Rw.06 Kijang Kota
KEPRI code post, 29151

Monday, March 19, 2012

bonsai kardus


Kube bakau, berawal dari kumpul-kumpul yang dilakukan oleh pemuda Sei Datuk yang saat itu di sebut Kampung Bakau. Saat ini Kampung Bakau berubah nama menjadi Kampung Kuala Lumpur ( biar kelihatan keren seperti nama ibukota Malaysia ).

Perkumpulan yang menghasil karya-karya seni berupa pembuatan kolam miniatur, bonsai dari kardus, kaligrafi, dan lain-lain. Kumpulan tersebut menyepakati untuk membuat KUBE ( Kelompok Usaha Bersama ) dan lahir lahirlah Kube Bakau (bahan kardus usang)